Silahkan kunjungi Perpustakaan Universitas Islam Indonesia, Gedung Mohammad Hatta yang terdapat di tengahnya bangunan Candi Kimpulan.

Wednesday, January 13, 2010

BP3 Menduga Ada Tiga Candi Utama di UII

SLEMAN, KOMPAS.com--Tim ekskavasi dari Balai Peninggalan dan Pelestarian Purbakala (BP3) Yogyakarta menduga ada tiga candi utama di tempat penemuan candi di area pembangunan gedung perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
"Memang saat ini baru ditemukan satu bangunan candi, namun besar kemungkinan masih ada tiga candi utama," kata ketua tim ekskavasi BP3 Yogyakarta Indung Panca Putra, Rabu.
Menurut dia, dugaan tersebut didasarkan dari rekomendasi pakar geologi yang melakukan perekaman menggunakan georadar, dimana terdapat beberapa perbedaan antara batu andesit dan batu-batu lain di sekitar lokasi penemuan candi tersebut.
"Berdasarkan rekomendasi itu, kami akan membentuk tim ekskavasi kedua yang lebih memfokuskan pada temuan georadar," katanya.
Ia mengatakan dugaan ada tiga candi utama tersebut juga diperkuat dengan adanya beberapa persamaan dengan candi Hindu di tempat lain seperti di Candi Sambisari dan Candi Kedulan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), maupun Candi Lawang di Boyolali, Jawa Tengah.
"Ada sejumlah candi yang mirip dengan temuan candi di sini, sehingga kami menduga ada tiga candi induk atau candi utama di sini," katanya.
Indung mengatakan berdasarkan dugaan tersebut, tim ekskavasi kedua yang bekerja mulai 7 Januari hingga 20 Januari akan melakukan pesebaran penggalian secara horisontal dalam radius 12 meter dari titik candi pertama yang sudah ditemukan saat ini.
"Kami akan melakukan pesebaran penggalian untuk mencari kemungkinan keberadaan bangunan candi lainnya," katanya.
Ia mengatakan candi yang ditemukan di lokasi pembangunan gedung perpustakaan di Kampus Terpadu UII di Jalan Kaliurang km 14,5 Sleman ini, memiliki keunikan sendiri, di antaranya secara fisik profilnya sederhana tetapi secara teknis pengerjaannya halus.
"Sebagai contoh aluran rambut pada arca ganesha, dengan pengerjaan yang halus itu tidak mudah rusak. Bahan batu andesit yang dipakai juga berkualitas bagus sehingga tidak rusak ketika terpendam lahar atau material vulkanik Gunung Merapi," katanya.
Selain itu, arca nandi (sapi) yang ditemukan justru mirip dengan babi, dan di punuknya terdapat lekuk-lekuknya.
"Berdasarkan kajian dari tim geologi justru di candi ini dahulunya terdapat tiang penyangga atap yang dibuktikan adanya perbedaan struktur tanah yang seakan membekas ada tiang kayu," katanya.

Candi UII Kembali Kejutkan Arkeolog

SLEMAN, KOMPAS.com — Proses penggalian Candi Kimpulan yang ditemukan di kompleks kampus Universitas Islam Indonesia, Sleman, DI Yogyakarta, kembali mengungkap fakta baru. Arkeolog dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta menemukan arca lingga-yoni di candi perwara (pendamping), Selasa (12/1/2010).Hal ini mengejutkan para arkeolog karena lingga-yoni tak lazim berada di candi perwara, melainkan hanya terdapat di candi induk. "Hal seperti ini belum pernah ditemukan di candi-candi lain," kata Budi Sancoyo, salah satu arkeolog BP3 Yogyakarta yang bertugas dalam ekskavasi tersebut.Lingga-yoni di candi perwara berukuran 4 x 6 meter itu berdiri sejajar dengan dua buah lapik (batu sesembahan), arca nandi (sapi), dan sebuah sumur batu berukuran 80 x 80 cm dengan kedalaman sementara 40 cm yang ditemukan sebelumnya.Sumur itu sendiri juga menjadi keunikan karena tidak lazim ditemukan dalam candi dan belum diketahui fungsinya. Adapun lingga-yoni sebelumnya telah ditemukan bersama arca Ganesha dalam candi induk yang berukuran 6 x 6 meter."Kami belum bisa menyimpulkan arti temuan lingga-yoni dan sumur yang ada di candi perwara ini karena harus menggali referensi-referensi lain," kata Budi.Sebelumnya, Candi Kimpulan juga dinyatakan unik karena struktur bangunannya yang merupakan kombinasi batu dan kayu. Arca yang ditemukan juga memiliki desain yang berbeda dengan desain-desain Ganesha di candi lain.

Monday, January 11, 2010

Ketua Umum PYBW dan Rektor UII Bertemu Menbudpar

Sebagai tindak lanjut kunjungan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), Jero Wacik, ke lokasi penemuan candi di lokasi pembangunan Perpustakaan Pusat UII beberapa waktu yang lalu, pertemuan antara Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf, Rektor UII, dan Menbudpar dijadwalkan akan berlangsung siang ini, Selasa (12/10), di Jakarta.
Seperti yang sudah dikabarkan sebelumnya, Pemerintah melalui Menbudpar mengapresiasi langkah UII yang sangat responsif dan kooperatif dalam menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah itu. Menurut Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., penemuan candi di UII juga sempat diungkapkannya kepada Presiden RI ketika berkunjung bersama beberapa pimpinan Forum Rektor Indonesia ke Kantor Kepresidenan pada Senin (5/1) yang lalu.
“UII memang ingin mengamankan aset budaya yang menggambarkan peradaban masa lampau bangsa Indonesia dan melestarikan artefak yang tidak ternilai harganya. Oleh karenanya, kami berharap semua pihak, termasuk masyarakat sekitar dapat berpartisipasi memelihara dan menjaga keamanan warisan sejarah ini”, ungkap Rektor menambahkan.
Sumber: www.uii.ac.id, Tuesday, 12 January 2010

UII Perketat Pengamanan

Arca Ganesha dan Lingga Yoni Masih Ditempat

Beberapa surat kabar harian pada hari Senin, 11 Januari 2010 memberitakan bahwa Arca Ganesha dan Lingga Yoni yang berada di lokasi penemuan candi di UII sudah dipindahkan ke lokasi lain. Bahkan rumor bahwa arca itu sudah hilang atau dicuri, sempat juga mengemuka dan mengejutkan banyak pihak. Yayasan Badan Wakaf UII dan BP3 Yogyakarta langsung membantah isu tersebut dan menjamin keaslian arca yang saat di candi UII. Diduga, berkembangnya isu ini dengan cepat sangat berkaitan dengan banyaknya kasus pencurian terahadap arca-arca di beberapa candi di sekitar Jogja-Solo.

Setelah dilakukan pengecekan langsung ke lokasi Candi tersebut pada senin (11/1), Humas UII memastikan bahwa arca-arca yang dikabarkan hilang atau dipindah, sama sekali tidak benar. Arca-arca tersebut masih berada pada tempat semula dengan kondisi yang sangat baik. Sementara penelusuran terhadap candi tersebut, terus dilakukan sebagaimana hari-hari sebelumnya.

Ketika di konfirmasi di lokasi candi, Ketua Pengembangan Usaha Yayasan Badan Wakaf, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A., menegaskan ketidakbenaran berita itu. “Arcanya masih ada, seperti yang Anda lihat”, katanya. Ia juga tidak dapat memastikan dari mana berita itu bersumber. Tapi ia mengaku sempat dihubungi wartawan dari Australia yang ingin meliput candi yang ditemukan di UII itu. “Mereka menanyakan apakah benar berita telah dipindahkannya arca-arca ke tempat lain. Sebab, mereka hendak meliput”, katanya. Wartawan ABC (Australian Broadcasting Corporation) pada Senin (10/1) memang melakukan liputan khusus pada lokasi penemuan candi, didampingi Suwarsono Muhammad.

Sementara itu, Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid mengungkapkan bahwa keamanan yang ketat akan selalu diberlakukan dalam rangka pengamanan candi. “Kita juga berharap masyarakat juga peduli sehingga kalau ada yang mencurigakan, dapat segera melapor ke pihak yang berwajib”, ungkapnya ketika dihubungi.

Beberapa berita yang sempat berkembang beberapa waktu belakangan terkait dengan pencurian arca dan penangkapan terhadap pencuri itu, menjadi perhatian khusus juga dari Yayasan Badan Wakaf dan Rektorat UII. “Sejak Awal, kita sudah menyadari hal ini. Jadi pengamanan memang diperketat sejak awal penemuan candi”, ungkap (Purn.) AKP Baharudin, Komandan Satuan Pengamanan (Satpam) Kampus UII.

Menurut Mantan Kapolsek Prambanan ini, kompoisisi pengamanan terhadap candi terdiri dari tiga orang pada siang hari dan lima orang pada malam hari. Dua orang dari satpam pusat, dua orang dari BP3, dan satu orang dari Rektorat. Begitu setiap hari. “Ini sudah cukup untuk pengamanan candi tersebut. Terlebih lokasi juga terang dengan keberadaan lampu tembak”, ungkap Baharudin.
Sumber: www.uii.ac.id at Tuesday, 12 January 2010

Thursday, January 7, 2010

About This Blog

Blog ini saya buat dengan didasari atas ketertarikan saya dan juga antusiasme masyarakat untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di lingkungan Universitas Islam Indonesia, mengenai ditemukannya sebuah candi kuno.

Tema tulisan ini adalah "Sebuah Persentuhan Mesra Dua Peradaban".

Candi Mataram Kuno Ditemukan di UII

SLEMAN (KRjogja.com) – Sebuah srtuktur candi Mataram Kuno ditemukan di kompleks kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Jalan Kaliurang km 14 Sleman. Diperkirakan, candi tersebut dibangun pada abad ke-9 Masehi.
“Dari relief struktur bangunan serta ukirannya, maka kami simpulkan candi ini merupakan candi Hindu-Budha pada masa Kerajaan Mataram Kuno abad ke-9 atau 10 Masehi. Batu candi ini tergolong batu Pandesit yang berkualitas bagus, sehingga ini bukan sembarang candi,” papar arkeolog Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta, Sri Muryantini saat melakukan peninjauan di kompleks ditemukannya candi, Sabtu (12/12).Struktur bangunan candi yang ditemukan ini merupakan bagian pinggir dari permukaan candi, sehingga diperlukan penggalian atau proses ekskavasi untuk mendalami mengenai keutuhan candi ini. “Kita memerlukan ekskavasi dan test tip untuk menentukan asal agama candi ini serta dari masa raja siapa. Jadi dari hasil dari test tip, akan kami analogkan dengan prasasti Mataram Kuno, sehingga kita bisa mengetahuinya secara utuh candi ini,” tambah Sri Muryantini.

Sementara itu, Ketua Pokja Perlindungan BP3 Yogyakarta, Indung Panca Putra merekomendasikan pihak UII untuk menghentikan sementara proses pembangunan gedung tempat ditemukannya candi tersebut.

“Karena dugaan sementara candi ini tergolong istimewa, maka proses pembangunan sementara dihentikan dulu untuk proses penelitian. Jika nantinya terbukti mempunyai nilai historis yang tinggi, maka kami berikan penghargaan kepada kampus UII atas temuan ini. Hal ini juga akan menjadi nilai yang prestisius bagi UII sebagai lembaga Islam namun ternyata tersimpan peninggalan dari agama lain,” kata Indung.

Proses ekskavasi dan test tip akan dilakukan dalam waktu dua minggu mendatang serta diperkirakan memakan waktu selama 15 hingga 30 hari. “Setelah ini kami langsung membentuk tim untuk melakukan serangkaian analisis, termasuk ekskavasi dan test tip. Kami butuh waktu maksimal 30 hari untuk mengungkap secara keseluruhan, karena kami perlu melakukan beberapa penggalian lagi,” jelas Indung.

Candi ini pertama kali ditemukan oleh para pekerja yang tengah menggali pondasi cakar ayam untuk pembangunan gedung perpustakaan UII kemarin (11/12) sekitar pukul 10.00 WIB di kedalaman 3,5 meter.

Mulanya temuan tersebut dikira batu nisan, karena dahulu kawasan tersebut merupakan bekas pemakaman, namun setelah dilakukan penggalian di tempat lain ternyata ditemukan relief candi yang sama.

Pihak pimpinan proyek pun langsung meneruskan temuan ini kepada pihak BP3 Yogyakarta. “Sesaat setelah kami tahu bahwa relief tersebut adalah struktur candi, maka proses pembangunan sengaja kami hentikan dan kami laporkan ke BP3 untuk ditindak lanjuti temuan ini,” terang juru ukur proyek, Asnawi. (Sumber: krjogja.com)

Diduga Ada Candi Lebih Besar

HARIAN JOGJA – SLEMAN: Proses eskavasi [penggalian arkeologis] secara manual temuan bangunan purbakala di Kampus UII Terpadu Ngaglik oleh tim dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY kemarin dimulai. Dari beberapa grid yang sudah digali, tim peneliti memperkirakan bangunan purbakala tersebut lebih dari satu.
Bahkan tim arkeolog BP3 yang beranggotakan 16 personel tersebut memperkirakan bangunan baru yang ditemukan di sebelah timur lebih besar dibanding struktur bangunan yang sebelumnya sudah ditemukan.Ketua Pokja Pemugaran BP3 DIY Budhi Sancoyo mengatakan eskavasi tersebut bertujuan untuk melanjutkan temuan yang sudah ada. Meski sebagaian struktur sudah tampak nampun pihaknya belum bisa menamakan kedua bangunan tersebut apa.
“Yang jelas ini ada benda cagar budaya hasil peninggalan nenek moyak kita yang perlu dilestarikan. Pada Kamis lalu kami sudah mulai menyusun lay out dan dibagi ke dalam beberapa grid. Hari ini sudah ada hasilnya,” ujar dia di sela-sela proses eskavasi.
Menurut Budhi, dari penggalian tersebut, kesimpulan sementara yang bisa diperoleh adalah bangunan yang awalnya diduga sebagai petirtaan tersebut berukuran 6X6 meter dan memiliki pintu di tengah dengan lebar 60 cm.
Saat ini, kata dia, dari penggalian di enam kotak sudah ditemukan 3 sudut bangunan tersebut. Selain itu, ungkap Budhi, pihaknya juga menemukan satu lagi bangunan di sisi timur yang berjarak 7 meter dari bangunan pertama.
“Namun yang di sebelah Timur itu yang baru kita temukan sementara ini baru dindingnya. Kami sedang mengejar sudutnya ada beberapa. Dari penggalian di beberapa sisi, diperkirakan ukurannya lebih besar dari yang pertama kali ditemukan. Bahkan bisa jadi, nantinya area penggalian akan diperluas, karena belum ketemu sudutnya,” ungkap dia.
Melihat struktur bangunan yang unik dengan sudut penyimpangan dari arah mata angin, Budhi mengatakan, pihaknya enggan untuk mengasumsikan bangunan itu apa. BP3, kata dia, belum bisa menganalogikan bangunan itu dengan penemuan yang sudah ada selama ini.
“Tunggu hasil penelitian lebih lanjut karena ini tidak semudah yang dibayangkan. Dipastiakan dua minggu ini semua struktur sudah bisa diungkap. Mudah-mudahan nantinya denah sudah bisa dilihat, sebaran bangunanya seperti apa dan seberapa luas bangunan itu,” ungkap dia.
(Sumber: Esdras Idialfero Ginting, HARIAN JOGJA)

Ada Kemungkinan Peninggalan Mataram, Candi di UII Berada di Wilayah Sabuk

RADAR JOGJA- Arkeolog UGM Daud Aris Tanudirjo menyatakan, sebagian candi yang ditemukan di kompleks kampus UII kemungkinan peningalan kerajaan Mataram lama. Daerah tempat ditemukan candi termasuk dalam kawasan sabuk.
Kawasan sabuk kerajaan Mataram berada di lereng gunung Merapi berbagai arah. Mulai dari arah Selatan, Barat, Barat Daya, dan Timur Merapi. “Seperti yang sudah ditemukan di daerah Palgading. Candi di UII ini juga ditemukan dalam ketinggian daerah yang relatif sama,” katanya kemarin (14/12). Situs Palgading adalah reruntuhan candi Budha yang ditemukan di dusun Palgading, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman.Namun, untuk memastikan apakah candi di UII memang termasuk dalam kompleks candi Mataram, perlu dilakukan proses eksavasi menyeluruh. “Umumnya, proses eksakavasi dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), Balai Arkeologi, dan melibatkan beberapa arkeolog independent dari universitas,” ungkapnya.

Dalam beberapa proses eksavasi peninggalan arkeologi di Jogja dan sekitarnya, Daud sering dilibatkan. “Tapi untuk candi ini, saya belum dihubungi. Jadi saya belum tahu banyak informasi dan belum sempat menengok lokasi,” papar doctor lulusan Australian National University ini.
Lama proses ekskavasi tiap penemuan tidak sama, tergantung besarnya ukuran temuan. “Sampai saat ini, proses ekskavasi belum dilakukan. Karena itu, kita tidak tahu seberapa besar temuan. Dan kalau kita belum tahu seberapa besar dan pentingnya penemuan, langkah selanjutnya belum bisa kita tentukan,” terangnya.

Langkah lanjutan yang dimaksud Daud adalah status lahan ditemukannya situs. Bila situs yang ditemukan memang dinilai penting nilainya, pembebasan lahan sewajarnya dilakukan. Namun, bila situs dinilai tidak begitu penting, tersedia beberapa opsi.

“Kalau memang penting, sewarnya dilakukan pembebasan lahan. Tapi kalau tidak, ada beberapa pilihan. Mulai dari memindahkan situs, tidak memindahkan tapi membatasi wilayah tempat situs berada, dan beberapa cara lain. Tapi sekarang masih terlalu awal untuk menentukan langkah lanjutan. Yang penting dilakukan ekskavasi dulu, kemudian ditakar dan dinilai sejarahnya,” ungkap arkeolog yang aktif dalam pengembalian situs Trowulan ini.

Kemarin, tim peneliti Balai Arkeologi (Balar) Jogja datang ke lokasi penemuan candi di kompleks kampus terpadu UII. Tim Balar yang terdiri dari ketua tim Baskoro dan anggota tim Rita Istari, Lisa Ekawati, dan Heri Priswanto meninjau lokasi dan melakukan sedikit perluasan penggalian.
Para peneliti arkeologi klasik itu menyimpulkan, struktur bangunan sangat mungkin merupakan sebagian saja dari kompleks candi. “Ada kemungkinan candi yang ditemukan adalah bagian pendamping, bukan bagian utama karena ditemukan siku di salah satu sudutnya. Kami masih butuh waktu untuk meneliti lebih lanjut lagi,” ungkap Rita Istari, salah seorang peneliti.

Rencananya, proses ekskavasi akan dimulai hari ini. Indung Panca Putra dari BP3 Jogja menyatakan, proses ekskavasi sudah mendapat persetujuan dari Badan Wakaf UII. BP3 dan UII sepakat untuk menggali sedalam dua meter untuk melakukan proses pemugaran. “Arah yang dituju terutama bagian selatan dan timur lokasi penemuan. Dari penggalian, akan didapat data arkeologi untuk mengetahui potensi candi,” tuturnya. (Sumber: Jawa Pos - Radar Jogja)

Tim BP3 DIY Temukan Sudut Pagar Candi di UII

SLEMAN (KRjogja.com) – Proses ekskavasi Candi UII hari kesembilan, Sabtu (2/1), Tim Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta berhasil menemukan sudut pagar bangunan Candi Wahana. Sasaran berikutnya akan dilakukan penggalian mayfeld atau lapisan budaya di candi wahana.
“Dengan berhasilnya ditemukan sudut bagunan pagar candi wahana yang pertama dapat diketahui luasnya sebesar 6 x 3 meter yang sama panjangnya dengan Candi utama tetapi lebarnya berbeda. Untuk kedalaman baru akan digali. Ketinggian bangunan yang jelaslebih rendah daripada bangunan candi utama yang berukuran 2,13 meter,” kata Ketua Kelompok Pemugaran BP3 Yogyakarta yang sekaligus Arkeolog, Budhy Sancoyo di lokasi penggalian Kampus UII Yogyakarta Jalan Kaliurang Km 14, Sabtu (2/1).Proses ekskavasi hari ini, terang Budhy juga akan mencari kemungkinan bangunan ke tiga yaitu candi wahana yang lain yang ada disekitar candi utama serta memperdalam galian candi wahana pertama yang telah ditemukan untuk mengukur ketinggian dan mencari lapisan budayanya.
“Kami juga akan menyisir seluruh halaman bangunan candi utama dan candi wahana untuk mencari gerabah dan keramik dari masyarakat yang hidup pada waktu itu. Gerabah dan keramik ini dapat membantu dan menjadi petunjuk periodesasi kerajaan candi ini dibangun, karena belum ditemukannya prasasti,” kata Budhy.
Untuk hiasan pagar bangunan atau antofik bangunan candi utama ditemukan ukiran yang merupakan simbol dari Dewa Syiwa dan Betari Durga, sedangkan antofik pada pagar bangunan candi wahana polos berbentuk segi bintang segi tujuh tanpa ukiran.
Proses ekskavasi candi ini akan dilanjutkan lagi pada hari Senin (4/1) mendatang yang akan ditinjau langsung prosesnya oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Pihaknya berharap, proses ekskavasi nantinya segera akan menemui titik akhir pencarian desain candi beserta kelengkapan sejarah dan lapisan budayanya. (Sumber: krjogja.com)

Wednesday, January 6, 2010

Situs di UII dipastikan Candi

SLEMAN (KRjogja.com) – Tim Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta memastikan, bangunan kuno yang ditemukan di kawasan Kampus UII Yogyakarta, Jalan Kaliurang km 14, Sleman, merupakan candi, bukan pentirtaan alias pemandian. Meski sudah diketahui jenis bagunan ini, namum tim BP3 Yogyakarta belum bisa memastikan candi dari agama apa ataupun tahun berdirinya, dikarenakan petunjuk penting lainnya, seperti arca, belum diketemukan.Seperti dikatakan kepala tim pemugaran BP3 Yogyakarta yang sekaligus Arkeolog, Budhy Sancoyo, pada penggalian kali ini, tim berhasil menggali pagar utama pada candi tersebut. “Lebar tutup pagar 50 cm, dengan luas halaman utama 6×6 meter, serta pintu masuk berukuran 60 cm. Hal ini agak berbeda dengan temuan diluar pagar pintu utama yang diperkirakan pusat beradaban yang hanya mempunyai lebar tutup 38 cm,” terang Budhy disela kegiatan penggalian di lokasi penemuan, Senin (21/12).

Pada pagar candi utama di ujung seberlah barat, kata Budhy, ditemukan antofik atau segitiga ganda sebagai hiasan sudut yang serah dengan antofik yang ditemukan di pagar yang berjarak 7 meter dari pagar utama. “Meskipun antofik telah ditemukan, namun kami belum bisa memastikan candi dari agama apa. Pada dasarnya, antofik pada candi agama Hindu maupun Budha sama, karena hiasan sudut sudah umum. Yang dapat membedakan adalah arcanya,” tambahnya.

Selama 12 hari kedepan, tim ekskavasi BP3 Yogyakarta hanya akan fokus mengejar desain bangunan candi dengan mengerahkan 10 tenaga ahli dari BP3 Yogyakarta dan dibantu tenaga lokal sebanyak 20 orang. Untuk minggu kedua ekskavasi, setelah kotak-kotak sasaran digali, baru akan digali lebih dalam lagi untuk mengetahui kedalaman candi.

Penggalian hari kedua ini juga berhasil diketemukan satu fragmen atau pecahan dari batu yang utuh yang diduga merupakan bagian dari pecahan batu candi dari pinggir candi sisi sebelah barat yang berjarak 7 meter juga. Kendati demikian, belum dipastikan fragmen dari bagian candi yang mana, mengingat tim ekskavasi BP3 Yogyakarta masih menggali kotak-kotak lain yang sudah dipatok sebelumnya. (Sumber: KRjogja.com, 22 Desember 2009)

Badan Waqaf Klaim Habiskan Rp 1 M

RADAR JOGJA – SLEMAN- Penemuan candi di area kampus UII tak hanya menehebohkan publik DIJ. Pemerintah pusat pun merespon. Hari ini (4/1), Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik rencananya akan meninjau candi yang sementara baru ditemukan arca Ganesha dan lingga-yoninya.

Kapokja Perlindungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIJ Indung Panca Putrra mengatakan Menbudpar diagendakan meninjau lokasi candi UII sekitar pukul 15.00. “Sebelumnya, Pak Jero Wacik akan ke Kraton Jogja dan Candi Prambanan dulu,” ungkapnya, kemarin (3/1).Berbagai persiapan menyambut kehadiran Menbudpar dilakukan oleh tim ekskavasi. Kotak-kotak peta grit di sekitar candi utama terus digali dan diratakan hingga lantai dasar. Air hujan yang menggenangi kotak-kotak grit disedot agar antefik dan pondasi pagar langkan serta arca tampak dari permukaan tanah. Bahkan, Plt Bupati Sleman Sri Purnomo, sore kemarin, hadir ke lokasi untuk meninjau persiapan penyambutan Menbudpar. Sementara, penemuan situs candi di area yang sebenarnya akan didirikan bangunan perpustakaan itu, ternyata telah merugikan Badan Wakaf UII sedikitnya Rp 1 milyar.

Ketua Badan Wakaf UII Luthfi Hasan mengungkapkan biaya Rp 1 milyar tersebut guna pembangunan fisik awal perpustakaan. Diantaranya untuk biaya penentuan lokasi, pembuatan desain dan rancang bangun. Lebih lanjut Luthfi mengatakan desain awal perpustakaan akan dibangun beberapa bilik, diantaranya ruang seminar berkapasitas 550 orang dan fasilitas pendukung untuk 360 orang. Perpustakaan akan menampung sedikitnya 200 ribu koleksi buku ditambah 62 unit komputer. Kendati begitu, Luthfi mengaku tak mempermasalahkan kerugian finansial, demi melestarian benda peninggalan cagar budaya. Selanjutnya, kata Luthfi, badan wakaf berencana memindahkan lokasi pembangunan perpustakaan di sebelah barat penemuan candi. Tentu saja di area yang tidak jauh dan tak kalah luas dari lokasi candi. Menurut Luthfi, rencananya perpustakaan sengaja dibangun berdekatan dengan masjid kampus. Berupa bangunan berlantai empat dengan luas total 4.795 M2. “Di area kampus UII masih banyak lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali perpustakaan. Setidaknya butuh sekitar 7.500 M2 tanah untuk menampung sekitar 1.384 pengunjung perpustakaan,” ujarnya.

Hingga kemarin, tim ekskavasi masih belum bisa memastikan keberadaan arca Durga dan Agastya yang biasanya selalu berada di kanan dan kiri arca Syiwa. Pada candi Kimpulan di UII ini arca Syiwa diwujudkan dalam bentuk lingga dan yoni. “Arca Syiwa dalam bentuk lingga dan yoni adalah biasa pada mitologi candi Hindu. Tapi kalau di kiri dan kanan lingga yoni atau arca Syiwa kok tidak ada arca Agastya dan Durga, itu baru unik,” ungkap Kapokja Pemugaran BP3 DIJ Budhy Sancaya selaku koordinator ekskavasi. (Sumber: Jawa Pos, Radar Jogja)

Nilai Candi Sangat Prospektif, Menteri Jamin Pembangunan Perpustakaan Pusat UII

Senin (6/1/2010) siang, Universitas Islam Indonesia (UII) dikunjungi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, Jero Wacik. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka meninjau candi yang ditemukan di UII beberapa waktu yang lalu. Sekitar pukul 14.15 Wib, Menbudpar beserta rombongannya ini sampai di lokasi penemuan candi dan langsung turun ke lokasi candi, mengamati konstruksi candi. Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Ir. Lutfi Hasan, dan Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. dan sejumlah pimpinan fakultas ikut hadir mendampingi Menbudpar dalam kunjungan ini.

Sesaat setelah selesai mengamati candi, Menbudpar sempat menyampaikan beberapa hal mengenai keberadaan candi di lokasi pembangunan Perpustakaan Pusat UII tersebut. “Candi ini merupakan peninggalan yang sangat luar biasa, sangat artistik. Candi ini sangat prosfektif”, ungkap Menbudpar memberi kesan awal dari pengamatannya terhadap candi tersebut.

Menbudpar juga mengungkapkan terima kasih terhadap pihak UII yang mendukung pelestarian peninggalan sejarah ini. Menurutnya, UII sangat koperatif dengan pihak-pihak terkait, baik dalam hal penjagaan dan pelestarian, maupun dalam hal penelusuran lebih lanjut terhadap candi tersebut.

Selain itu, Menbudpar juga menghimbau agar seluruh sivitas akademika UII sabar menunggu pembangunan Perpustakaan Pusat UII. “Sebagai sebuah institusi pendidikan, perpustakaan UII pasti akan dibangun. Hanya saja, oleh karena di lokasi ini terdapat peninggalan sejarah, maka untuk kelanjutan pembangunan Perpustakaan Pusat UII akan kita bicarakan lebih lanjut dengan Rektorat dan Yayasan Badan Wakaf UII”, Menbudpar memaparkan.

Sejauh ini, menurut Menbudpar pembicaraan mengenai pelestarian candi dan pembangunan perpustakaan pusat uii ini, belum dibicarakan secara mendalam. Masih seputar rencana dan rancangan. Namun demikian, ia sempat menyampaikan agar fiksasi terhadap rencana itu secepatnya dilakukan.

“Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk mengatasi hal ini. Kita bisa saja memindahkan lokasi pembangunan perpustakaan UII ke lokasi lain. Atau bisa saja tetap menyatu dengan candi ini. Sehingga nantinya, orang yang berkunjung ke Perpustakaan Pusat UII sekaligus dapat menikmati candi ini”, paparnya.


Terkait kompensasi yang akan disumbangkan dalam rangka pembangunan perpustakaan pusat UII dan pelestarian peninggalan sejarah ini, Menbudpar memastikan bantuan itu. Hanya saja, nominalnya belum dapat dipastikan. Menurutnya, terkait hal ini akan ada pembicaraan dengan pihak UII secara internal terlebih dahulu.


Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Ir. Lutfi Hasan, menyatakan bahwa candi ini akan tetap menjadi bagian dari UII. “Masterplane pembangunan ini memang meletakkan Perpustakaan di samping Masjid Ulil Albab UII. Sebab UII memang menyatukan intelektualitas dan relegiusitas dalam perjalanannya. Masjid adalah lambang relegiusitas. Sementara perpustakaan adalah lambang dari intelektualitas”, paparnya. (Sumber: www.uii.ac.id)

Menbudpar Akan Carikan Solusi Soal Candi Kuno di Kampus UII

Yogyakarta - Menbudpar Jero Wacik meninjau lokasi penemuan candi kuno di tempat pembangunan perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Jero berjanji mencarikan solusi yang tidak merugikan semua pihak."Kita akan cari way out terbaik. Percayalah tidak mungkin kita akan merugikan UII," ungkap Jero Wacik usai meninjau Situs Candi Kimpulan di kampus terpadu Jalan Kaliurang Km 14,5 Sleman, Senin (4/1/2010).
Jero mengatakan akan membahas masalah ini bersama Rektor UII Prof Dr Edy Suandi Hamid dan pihak badan wakaf/yayasan pada lain kesempatan. Dia meminta warga UII untuk bersabar karenapenggalian dan penelitian belum selesai."Saya yakin akan ada titik temu. Bisa pindah lokasi atau dibiarkan tetap di bawah gedung perpustakaan yang akan dibangun. Ada banyak kemungkinan," katanya.Dia menambahkan penggalian yang dilakukan tim ahli dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. penemuan candi ini sangatlah luar biasa, artistik bangunannya dan penuh filosofi.
Dia juga meminta Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk meneruskan penggalian sehingga diketahui pada zaman raja siapa candi ini dibangun. Meski tim ahli telah melakukan penggalian, namun belum mengetahui seberapa besar ukuran candi Hindi di Situs Kimpulan tersebut."Kita akan carikan way out-nya. Atau nanti kita carikan tempat yang lain. Semua ini kan tidak pernah kita perkirakan. Soal ganti rugi itu bisa kita bicarakan nanti. Ini demi kebaikan semua. UII tidak boleh dirugikan atau candi juga tak boleh rusak," ungkap Wacik.Dalam kunjungan di situs tersebut Jero Wacik di dampingi Dirjen Sejarah dan Purbakala, Hari Untoro Drajat, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Djoko Dwiyanto dan dari tim BP3 Yogya. Sedang pihak kampus UII turut hadir Rektor UII Prof Dr Edy Suandi Hamid dan sejumlah pengurus Badan Wakaf UII.Dalam kunjungan selama 30 menit itu, Jero Wacik melihat langsung semua benda sejarah atau artefak yang ditemukan di situs itu. Beberapa artefak yang ditemukan di antaranya arca Ganesha, batu lingga-yoni, arca Nandi/lembu dan gerabah tempat menampung air suci untuk pemujaan. (Sumber: www.detik.com)

Tim BP3 Yogya Temukan Arca Ganesha

Selasa, 22/12/2009 15:02 WIB. Yogyakarta - Tim arkeologi dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY mulai melakukan penggalian secara manual lokasi penemuan candi di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Dalam penggalian hari ini, mereka menemukan arca Ganesha.Arca tersebut ditemukan oleh tim BP3 Yogyakarta sekitar pukul 09.30 WIB, Selasa (22/12/2009). Arca itu kemudian dibersihkan dan diukur. Arca itu ditemukan di lubang grip C1 dengan kedalaman sekitar 60 cm.


Tidak lama kemudian sekitar pukul 11.00 WIB, petugas menemukan yoni tak jauh dari arca Ganesha. Di bawah batu yoni diperkirakan terdapat lingga yang terpasang menyatu. Dipastikan pula, situs tersebut merupakan candi Hindu Syiwa."Dengan adanya penemuan arca Ganesha, itu bisa dipastikan konsepnya candi Hindu Syiwa," kata Kepala Pokja Pemugaran BP3 DIY, Budhi Sancoyo kepada wartawan di sela-sela kegiatan ekskavasi.


Namun demikian, Budhi belum bisa memastikan umur arca tersebut. Budhi juga belum bisa memastikan kerajaan Mataram Hindu dipimpin oleh siapa saat arca itu dibuat. Menurut dia ukuran candi tersebut mencapai 6x6 meter atau 36 meter persegi dan menghadap ke timur dan barat. Candi ini juga dilengkapi pintu selebar 60 cm yang menghadap ke arah timur."Biasanya di depan arca Ganesha ada arca Syiwa, di kanan terdapat arca Agastya dan kiri Durga. Hanya saja kami belum menemukan karena candi ini masih reruntuhan yang tertimbun pasir Merapi yang sangat tebal," katanya.


Budhi memperkirakan bangunan candi Syiwa ini merupakan bangunan pemujaan. Hanya saja tim ahli masih memerlukan penelitian lanjutan di sekitar lokasi penemuan."Untuk sementara situs ini bisa disebut dengan nama situs candi kimpulan karena berada di Dusun Kimpulan, masuk wilayah Ngemplak," pungkas dia. (Sumber: www.detik.com)

Bangunan Pendukun Candi UII Masih Dicari

SLEMAN, - Balai Peninggalan dan Pelestarian Purbakala (BP3) Yogyakarta saat ini masih berupaya mencari bangunan pendukung candi yang ditemukan di area pembangunan gedung perpustakaan kampus Universitas Islam Indonesia (UII) di Jalan Kaliurang, Sleman.

"Sampai saat ini kami masih berupaya mencari pendukung bangunan ke dua yang merupakan bangunan perwara, karena dalam konsep arkeologi jika ditemukan adanya bangunan utama pasti ada dua bangunan perwara," kata ketua tim ekskavasi BP3 Yogyakarta. Indung Panca Putra, Sabtu (2/1/2010).Menurut dia, setelah melakukan penggalian lebih dari 25 kotak uji, pihaknya mendapat kesimpulan bahwa penemuan candi terbilang unik. "Keunikan dari candi ini adalah setelah digali ditemukan arca Ganesha dan lingga-yoni dalam satu bangunan, di mana ini tidak lazim ada pada bangunan candi Hindu," katanya.

Ia mengatakan, selain memiliki keunikan yakni jadi satunya arca ganesha, lingga dan yoni dalam satu ruangan, di pintu masuk ruangan juga terdapat ornamen berupa relief manusia yang di sebelahnya terdapat sekumtum bunga teratai."Selain itu secara fisik bangunan candi ini memiliki dinding dengan profil yang sangat sederhanan dengan tidak banyak hiasan," katanya. Indung mengatakan, meski demikian secara sistem pengerjaan terbilang sangat bagus, terbukti dari pahatan yang sangat halus sehingga alur dari rambut ganesha benar-benar kelihatan."Bahkan ornamen jenis suluran juga tampak jelas kelihatan bentuknya serta antefik dengan ornamen jenis kalla yang berfungsi sebagai penolak bala yang berada di dinding utara," katanya.

Tukang Gambar Desain Berperan dalam Proses Ekskavasi Candi

SLEMAN, - Salah satu pihak yang berperan penting dalam proses ekskavasi candi yang ditemukan di kampus UII Jogja adalah tukang gambar desain. Setidaknya, empat tukang gambar desain dilibatkan dalam proyek tersebut.Mereka sudah berpengalaman puluhan tahun. Tidak jarang, mereka bisa memprediksi lokasi bagian candi yang belum terlihat.
"Butuh jam terbang tinggi untuk menganalisis pola dasar BCB," kata Dulrahman, 55, juru gambar dalam ekskavasi itu.Tidak hanya memprediksi bangunan candi yang belum tergali, para tukang gambar bisa memprediksi bagian candi yang rusak. Ngadiman, 55, tukang gambar lainnya, menyatakan bahwa melalui studi teknis dan peta kotak grit, para tukang gambar bertugas memperkirakan letak bangunan lain yang belum ditemukan. Salah satunya, Candi Kidulan di UII. Pagar langkan yang ditemukan kali pertama berukuran 6x6 meter persegi.
Pada hari kedelapan ekskavasi, anggota tim menemukan lingga patok yang menjadi titik pusat candi. Lingga patok ditemukan di depan candi induk, sebelah selatan (kanan) pintu masuk. Sumber: http://www.jawapos.com/

Nama Candi Diusulkan "Kimpulan"

Sabtu, 26 Desember 2009, Sleman, Kompas - Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta mengusulkan agar bangunan candi yang ditemukan di kawasan kampus Universitas Islam Indonesia Yogyakarta diberi nama Candi Kimpulan, sesuai nama dusun tempat candi ditemukan. Namun, Universitas Islam Indonesia mengusulkan untuk mengganti nama tersebut dengan nama lain yang lebih berbau pendidikan.

”Apalagi, di candi itu ditemukan arca Ganesha yang merupakan Dewa Pengetahuan,” kata Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Edy Suandi Hamid di Sleman, Jumat (25/12).

Menurut Edy Suandi, UII siap melakukan pemugaran total atas candi kuno yang ditemukan di areal kampus UII Jalan Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta. Candi yang ditemukan memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi yang sejalan dengan napas pendidikan UII.

”Sebagai artefak budaya, candi itu tentu memiliki sejarah tersendiri. Itu merupakan suatu nilai positif untuk mencerdaskan masyarakat,” kata Edy Suandi.

Oleh karena itu, candi yang saat ini masih dalam tahap penelitian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta itu perlu dipugar wujudnya agar bisa terlihat seperti sedia kala. ”UII tidak berkeberatan untuk memperbaiki dan menjaganya,” kata Edy.

Jika telah selesai dipugar, Edy mengatakan, candi itu akan terbuka untuk dikunjungi masyarakat umum. ”Tinggal bagaimana pengaturannya saja,” ujarnya.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Djoko Dwiyanto mengatakan, secara otomatis, candi itu telah menjadi benda cagar budaya yang dilindungi undang-undang. ”Namun, kepastian apakah akan dipugar total atau tidak masih bergantung pada penilaian dan keputusan BP3,” katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah candi peninggalan Mataram Kuno (abad IX-X M) ditemukan di areal kampus UII, 11 Desember lalu, saat beberapa pekerja proyek pembangunan perpustakaan tengah menggali fondasi. Setelah dilakukan penggalian oleh BP3 dalam beberapa hari terakhir, candi itu diketahui berbentuk bujur sangkar berukuran 6X6 meter. BP3 juga menemukan arca Ganesha dan Lingga-Yoni (ENG)

BP3 Nilai UII Responsif

UII.AC.ID. Masih di tempat yang sama, Andi Riana, satu dari empat utusan BP3 DIY yang hadir di lokasi tersebut, menyatakan senang terhadap respon UII terkait penemuan situs sejarah ini. Menurutnya, respon yang ditunjukkan UII dalam mengungkap situs sejarah ini sangat baik sejak awal penemuan hingga saat ini.

“Sesaat setelah ditemukan situs sejarah, pihak UII langsung memberitahukan kepada kita. Dan pada saat itu pula pihak UII langsung mengeluarkan instruksi penghentian pembangunan untuk sementara. Menurut kami, ini menunjukkan respon UII yang sangat baik, bahkan hingga sekarang ini. Untuk itu, kami sangat berterimakasih kepada pihak UII”, ungkapnya.

Dalam temu awak media itu, Andi Riana juga sempat menjelaskan waktu yang diperlukan dalam pengungkapan situs ini. Menurutnya, penjadwalan sudah dilakukan dan penelusuran lebih lanjut akan disesuaikan dengan jadwal tersebut. “Penggalian untuk tahap awal akan dilakukan selama tiga hari ke depan. Baru setelah itu pihak BP3 secara manual akan meneliti lebih lanjut”, katanya.

Pihak BP3 sendiri belum dapat memastikan ukuran dan bentuk bangunan yang masih terkubur itu. Kepastian baru dapat diungkapkan setelah beberapa tahap dalam pengerjaan. Tahap awal berupa penggalian, mulai dilakukan hari ini sejak pukul 09.00 dengan menggali sejumlah titik menggunakan back hoe (eksavator) hingga kedalaman dua meter untuk mempermudahkan pihak BP3 DIY meneliti langsung situs sejarah tersebut. Selanjutnya setahap demi setahap, lokasi akan disisir dengan mengurai tanah sedalam 20 cm, hingga mencapai lokasi dimana candi diperkirakan berada. Sejumlah batu yang sebelumnya ikut terangkut alat berat juga kembali ditemukan. Batu-batu tersebut masih merupakan bagian dari bangunan candi.

BP3 Nilai UII Responsif

UII.AC.ID. Masih di tempat yang sama, Andi Riana, satu dari empat utusan BP3 DIY yang hadir di lokasi tersebut, menyatakan senang terhadap respon UII terkait penemuan situs sejarah ini. Menurutnya, respon yang ditunjukkan UII dalam mengungkap situs sejarah ini sangat baik sejak awal penemuan hingga saat ini.

“Sesaat setelah ditemukan situs sejarah, pihak UII langsung memberitahukan kepada kita. Dan pada saat itu pula pihak UII langsung mengeluarkan instruksi penghentian pembangunan untuk sementara. Menurut kami, ini menunjukkan respon UII yang sangat baik, bahkan hingga sekarang ini. Untuk itu, kami sangat berterimakasih kepada pihak UII”, ungkapnya.

Dalam temu awak media itu, Andi Riana juga sempat menjelaskan waktu yang diperlukan dalam pengungkapan situs ini. Menurutnya, penjadwalan sudah dilakukan dan penelusuran lebih lanjut akan disesuaikan dengan jadwal tersebut. “Penggalian untuk tahap awal akan dilakukan selama tiga hari ke depan. Baru setelah itu pihak BP3 secara manual akan meneliti lebih lanjut”, katanya.

Pihak BP3 sendiri belum dapat memastikan ukuran dan bentuk bangunan yang masih terkubur itu. Kepastian baru dapat diungkapkan setelah beberapa tahap dalam pengerjaan. Tahap awal berupa penggalian, mulai dilakukan hari ini sejak pukul 09.00 dengan menggali sejumlah titik menggunakan back hoe (eksavator) hingga kedalaman dua meter untuk mempermudahkan pihak BP3 DIY meneliti langsung situs sejarah tersebut. Selanjutnya setahap demi setahap, lokasi akan disisir dengan mengurai tanah sedalam 20 cm, hingga mencapai lokasi dimana candi diperkirakan berada. Sejumlah batu yang sebelumnya ikut terangkut alat berat juga kembali ditemukan. Batu-batu tersebut masih merupakan bagian dari bangunan candi.

Badan Wakaf UII Siap Relokasi Perpustakaan

UII.AC.ID. Selasa (15/12), penelusuran lebih lanjut terhadap situs sejarah yang ditemukan di lokasi pembangunan perpustakaan pusat Universitas Islam Indonesia (UII), dilanjutkan pihak UII bersama pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Selain dari UII dan BP3 DIY, awak media juga banyak berdatangan. Tidak kurang dari 20 wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik berada di lokasi tersebut untuk meliput penelusuran BP3 DIY bersama beberapa pihak dari UII yang sudah hadir beberapa saat sebelumnya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Pengurus Badan Wakaf (Yayasan) UII, Dr. Lutfi Hasan kembali menegaskan komitmen UII untuk menjaga dan secara maksimal akan membantu pihak terkait untuk menelusuri dan melestarikan situs sejarah di lokasi tersebut beberpa waktu yang lalu. “Kita juga sudah sepakat, siap untuk memindahkan lokasi pembangunan perpus pusat UII ini jika memang diperlukan”, ungkapnya lebih lanjut.

Meskipun belum merumuskan di mana rencana perpus akan dibangun jika ada pemindahan lokasi, Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf merasa yakin dengan keputusan yang diambil Badan Wakaf. Seperti yang diungkapkan Rektor UII dua hari sebelumnya, Badan Wakaf juga menganggap bahwa UII sebagai lembaga pendidikan juga memiliki kewajiban untuk melestarikan peninggalan sejarah seperti ini. Wakil Rektor I, Prof. Ir. Sarwidi, MSCE., Ph.D., IP-U., juga meninjau lokasi pada saat dimulai pengerukan dengan alat berat.

Ekavator Memulai Pengerukan

Sementara itu, Indung Panca Putra dari BP3 Yogyakarta menyatakan apresiasi dan terima kasihnya atas sikap pimpinan universitas yang menunjukkan komitmen pada perlindungan artefak budaya. Seperti yang disampaikan Rektor UII sebelumnya, sikap UII yang akan memindahkan lokasi pembangunan perpustakaan bila memang bangunan di lokasi adalah candi, menurut Indung sangat tepat.
Bahkan menurutnya akan menjadi nilai tambah bagi UII sebagai kampus Islam yang di dalamnya nantinya terdapat peninggalan dari agama lain, dalam hal ini kemungkinan Hindu. Indung juga menyatakan BP3 menginginkan agar seluruh proses bisa berjalan dengan cepat, sehingga baik UII maupun pihaknya sama-sama dapat bekerja dengan baik. Secara teknis, BP3 telah siap untuk melaksanakan penelitian dan langkah lanjutan. Namun demikian, BP3 secara administratif tetap harus berkomunikasi dengan pihak pelaksana proyek.
Indung bersama tim BP3 Yogyakarta kembali ke lokasi penemuan untuk melakukan rapat dengan pihak pembangunan gedung. Tim pelaksana proyek gedung perpustakaan dari Badan Wakaf UII yang diketuai Ir. Ilman Noor, MSCE., bersama BP3 membicarakan kelanjutan proses eksavasi. Hasilnya, mulai besok pagi (15/12) pihak UII sepakat untuk melakukan penggalian sedalam 2 meter di sejumlah lokasi untuk memastikan potensi candi untuk dipugar.
“Pak Ilman dari Badan Wakaf UII sudah sepakat besok eksavator akan digunakan untuk mengeruk tanah sedalam dua meter,” Indung menjelaskan. Adapun arah yang dituju terutama pada selatan dan timur lokasi penemuan didampingi petugas BP3 yang akan membantu mengarahkan. Dari hasil yang nantinya diperoleh, Indung menjelaskan tim BP3 akan memperoleh data arkeologi yang melalui serangkaian tahapan dapat disimpulkan potensi.
“Jika dilihat dari struktur bangunan, memang tampak sangat potensial untuk pemugaran,” Indung menjelaskan gambaran singkat bagian candi yang ditemukan. Batuan andesit yang digunakan dan juga ukirannya menurut Indung menunjukkan potensi bangunan yang ditemukan. Namun demikian, Indung menegaskan bahwa keputusan dilakukannya pemugaran sangat ditentukan hasil penelitian lanjutan yang nanti dilakukan.

Struktur Candi Mataram Kuno di Temukan

Liputan6.com, Sleman: Struktur bangunan candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ditemukan di Kompleks Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) di Jalan Kaliurang Sleman, Yogyakarta, Sabtu (12/12) sekitar pukul 10.00 WIB. Dugaan sementara candi dibangun sekitar abad ke-9 Masehi.Bangunan yang ditemukan ini merupakan bagian pinggir candi. Sehingga diperlukan penggalian untuk mendalami keutuhan candi. Diperkirakan proses penelitian membutuhkan waktu dua pekan sampai satu bulan. Dilihat dari batu, candi ini tergolong batu pandesit yang berkualitas bagus.Terkait penemuan ini, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta merekomendasikan untuk menghentikan sementara pembangunan gedung perpustakaan, tempat candi ditemukan di kedalaman tiga meter. Keputusan itu telah dirundingkan dengan pihak UII.(AIS)Senin (14/12), tim peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta mendatangi lokasi penemuan candi di Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia. Di lokasi yang terletak di selatan Masjid Ulil Albab UII tersebut, tim Balar Yogyakarta kemudian melakukan penelitian di lokasi yang sebelumnya telah diteliti oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta.
Tim Balar Yogyakarta yang terjun ke lokasi merupakan para peneliti arkeologi klasik terutama pada masa Hindu Budha, diketuai oleh Baskoro, dengan anggota Rita Istari, Lisa Ekawati, dan Heri Priswanto. Dari tiga lokasi ditemukannya bagian candi, tim memilih melakukan penelitian pada lokasi yang paling lengkap dan utuh. Tim kemudian melakukan sedikit perluasan pada bagian yang sebelumnya telah digali. Hasilnya menunjukkan bahwa bangunan yang digali memiliki siku pada salah satu sudutnya.
Rita Istari, salah seorang anggota tim peneliti, menyampaikan bahwa dari struktur bangunan sangat mungkin bagian yang ditemukan adalah bagian dari kompleks candi yang lebih besar, apalagi jika benar bangunan yang sudah kelihatan baru berupa candi pendamping dan bukan candi utama. Tim Balar mengaku masih membutuhkan tambahan waktu untuk meneliti lebih jauh sebelum menentukan besar kecilnya candi yang ditemukan. (Sumber: Liputan 6)

Video Candi Kimpulan (Candi Pustakasala)

Anda dapat melihat proses penggalian Candi Kimpulan dalam video youtube berikut:

1. Candi Kimpulan Part 1
2. Candi Kimpulan Part 2
3. Candi Kimpulan Part 3
4. Candi Kimpulan Part 4 (Candi Pustakasala)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More